Awas, kurang tidur berefek buruk.

Anak usia sekolah dasar dari keluarga miskin ternyata lebih rentan mengalami efek dari kurang tidur ketimbang anak dari keluarga yang lebih mapan. Ini merupakan kesimpulan dari sebuah penelitian yang berupaya mengungkap kaitan antara tidur pada anak-anak dan perkembangan emosi. Hal itu terungkap studi ilmuwan auburn university yang dirilis dalam jurnal Chil evelopment edisi Mei/ Juni 2010. focus penelitian adalah pada bagaimana gangguan tidur – dari segi jumlah, kualitas dan jadwal tidur –dapat berpengaruh pada kondisi anak-anak.
Mereka meneliti dari 140 anak usia kelas tiga hingga 5, sepertiga diantaranya berkulit putih dan hampir seperempatnya adalah Afro Amerika. Latar belakang keluarga juga bervariasi, mulai dari pendapatan tahunan, pekerjaan dan pendidikan.
Studi tersebut mengumpulkan informasi dari orang tua dan anak-anak. Termasuk menggunakan sensor gerakan yang dikenakan pada anak-anak dimalam hari untuk mengetahui prilaku tidur nya. Peneliti berupaya meneliti kaitan antara tidur dan perkembangan emosional pada anak-anak kelas 3 dan 5. mereka juga membandingkan bagaimana anak-anak itu tidur pada kelas 3 dan dikaitkan dengan kondisi mereka saat kelas 5.
Ditemukan indikasi bahwa anak-anak dari keluarga yang lebih miskin memiliki tingkat gejala-gejala eksternalisasi yang lebih tinggi (seperti depresi, kecemasan dan kurang percaya diri ) karena kurang tidur. Sebaliknya, pada anak-anak yang tidur cukup, tingkat gejala-gejala itu sama dengan anak-anak yang dari keluarga berkecukupan.
Penelitian ini juga menunjukan banyaknya bukti yang mengaitkan tidur dengan fungsi keseharian pada anak-anak dan menegaskan pentingnya peran tidur pada prilaku anak-anak beresiko tinggi. “ pengaruh tidur pada anak-anak terhadap perkembangan adalah menerima perhatian yang lebih.” kata Mona El-sheikh, Profesor of human Development and family studies at Auburn Univercity, yang juga memimpin penulisan hasil penelitian ini.




Sumber : Solopos

Read Full story